Chapter 1: Let's bring Little B to the world !

   Setelah mengamati dan memantau masa subur berhari-hari setelah siklus datang bulanku selesai, aku dan suami sepakat untuk menyediakan waktu berkualitas berdua. Secara kebetulan masa subur jatuh dihari sabtu dan minggu, ya walau puncaknya ternyata di hari senin (coba teropong pake ovutest, ternyata lebih banyak "pakis" didalamnya). Suami juga kebetulan (lagi) libur di hari sabtu di week itu. Hari kerja suami memang senin-sabtu for 24 hours. Hahaha. Tanpa pikir panjang kita berdua memutuskan untuk short honeymoon ke Yogya. Booking hotel dan gak lupa juga menentukan beberapa titik destinasi yang akan kita kunjungi disana, kemanapun tujuannya yang jelas gak boleh terlalu capek karena kan ceritanya mau quality time berdua gitu disana, tujuannya relax. Katanya relax is a key for getting pregnant. Jadi udah niat banget nih kita berdua buat bikin Little B dibulan ini. Mulai dari cari tau masa subur dengan ovutest, minum vitamin E yang katanya bagus untuk kesuburan -walau akhirnya stop karena muka mendadak jerawatan- sampe nyempetin short honeymoon. Sebelum berangkat ke Yogya, malamnya aku bicara dengan suami kalau ternyata nanti tamu bulanan datang lagi, kita pergi ke dokter untuk konsultasi karena sudah 6 bulan mencoba secara alami. Suami pun mengiyakan tanpa ragu.
   Oh ya, dibulan yang sama juga, aku dan suami pergi ke laboratorium Cito untuk melakukan tes sperma. Kok udah tes sperma aja sih? Keputusan untuk tes ini kita ambil secara gak sengaja. Gak seperti pasangan kebanyakan yang menimbang dengan matang sebelum akhirnya melakukan tes sperma. Ide ini justru muncul saat suami mendengarkan aku bercerita kalau ada teman di grup Calon Ibu Hamil (CIH) yang aku ikuti yang suaminya baru aja melakukan tes sperma. Selang berapa menit bercerita, dengan santai suami bilang kalau dia juga mau dites spermanya seperti itu. Belakangan baru aku tau bahwa rata-rata, suami adalah part terakhir yang diperiksa jika sang istri sudah melakukan tes ini itu dan dinyatakan sehat. Begitupun dengan kenyataannya dengan kondisi teman-teman di grup CIH. Ada yang mau minta tetapi takut ditolak, ada yang ego suami terlalu besar, ada juga yang takut menyinggung perasaan suaminya hingga rata-rata belum ada suami yang melakukan tes ini. Ternyata aku termasuk beruntung untuk perkara satu ini. Suami dengan mudahnya mau dites, bahkan tanpa kuminta. Hehehe. Love you, Pa!
   Tes sperma di lab Cito termasuk paling murah harganya kalau dibandingkan dengan lab komersil lain, hanya Rp. 110.000 aja lho! Dan weekend tetap buka. Hasilnya juga langsung keluar setelah 3 jam. Lumayan bisa ditinggal kulineran atau nonton dulu. Hehehe. Setelah hasil keluar, kita buka, baca, dan tolah-toleh! Hahaha. Kita gak tau maksud dari hasil labnya apa dong. Hahaha geblek. Itulah kelemahan private check di lab komersil, kita gak akan tau secara maksimal hasil lab itu karena memang gak ada dokter yang jelasin disana. Jadi bener-bener hanya test and result aja. Kita perlu ke dokter spesialis ginekologi atau ask mbah google. Hahaha. Dan kesimpulan dari hasil tes sperma suami adalah Normozoospermia atau yang artinya -menurut google- adalah sperma suami normal dan tidak bermasalah. Alhamdulilaaaaaah.. Itu berarti tinggal menunggu apakah bulan ini kita berhasil menjalankan program hamil ala kita sendiri atau we have to go to the spesialist...

Hasil test lab sperma suami

It's time for put a bit concern

   Bulan ini adalah bulan dimana usia pernikahanku dan suami memasuki usia ke-7 bulan. Belum muncul tanda-tanda akan ada penambahan anggota baru didalam pernikahan kami. Sejak menikah akhir April tahun ini, aku dan suami tidak ada rencana untuk menunda momongan, tapi juga tidak ingin cepat-cepat. Nah lho, jadi bingung kan? Aku juga kok! Hahaha. Jadi, sebelum menikah sempat ada obrolan santai di pantai dengan -calon- suami waktu itu tentang salah satu sodara yang begitu menikah langsung hamil dibulan yang sama! Dengan santai pula saat itu aku nyeletuk "aku nanti gak mau kayak gitu lho yank, kita pacaran dulu yah?"Well, inilah yang akhir-akhir ini buat aku sedikit kepikiran dan berpikir. Enggg.. Jangan-jangan karena ocehan serampanganku waktu itu ya aku belum hamil juga sampe sekarang? Ah, enggak ah kayaknya! Buang jauh-jauh pikiran kayak gitu. Allah itu Maha Baik dan Asyik.

   Concern untuk segera memiliki momongan -aku dan suami menyebutnya dengan sebutan Little B, inisial dari nama yang ingin kami berikan ke anak perempuan kami nantinya, Bianca- muncul sejak kami tak lagi LDR, memasuki bulan ke 4 usia pernikahan. Aku mulai mencari berbagai informasi mengenai bagaimana kehamilan bisa terjadi hingga cara untuk bisa cepat hamil, berikut pengaruh kondisi haid yang tidak teratur pada terjadinya kehamilan itu sendiri. Iya, ritual bulanan bagi wanita ini kadang tidak bisa aku alami disetiap bulannya. Siklus haidku tergolong siklus haid tidak teratur. Penyebabnya macam-macam, bisa karena hormonal, stress dan life style. Dan hampir 45% wanita mengalami ini! Berdasarkan hasil browsing dan cerita-cerita yang aku pernah denger, kehamilan tetap sangat bisa terjadi pada wanita dengan kondisi bulanan seperti itu. Jadi sedikit mengurangi kekhawatiran di hati deh. Fyuh...

   Keterampilanku dalam browsing akhirnya membawaku ke situs yang mengupas semua masalah terkait dengan kehamilan dan proses menuju kehamilan itu sendiri, ibuhamil.com. Dari situ akhirnya aku melek semelek-meleknya bahwa: IT'S NOT AS EASY AS IT FOR PREGNANT AND HAVING A BABY! *jedieeeeeeeer!* Banyak banget pasangan suami istri yang harus berjuang keras, bahkan sangat keras untuk itu. Sangat mungkin bahwa seseorang ternyata memiliki masalah pada organ reproduksi, hingga pada akhirnya hal itu yang menjadi penghambat untuk dapat segera memiliki momongan. Selain faktor "rejeki" dari Tuhan, tentunya. Dengan polosnya aku baru mengetahui semua ilmu dan kemungkinan-kemungkinan itu sekarang. Merasa telat? Iya. Tapi itu yang pada akhirnya menjadi trigger buat aku dan suami untuk a bit concern mengenai masalah ini. Dimulai dengan hal paling sederhana yang bisa langsung kami praktekkan, yaitu mengetahui masa subur. Bahkan aku pun baru tau apa itu masa subur! Kemana saja aku selama ini, Tuhan :(
 
   Menggali informasi melalui internet berlanjut lebih dalam -dan akan semakin dalam- mengenai bagaimana mengetahui masa subur. Mengetahui masa subur bagi wanita yang memiliki haid teratur tentu sangat mudah karena memang sudah ada rumusnya. Tetapi untuk wanita dengan siklus seperti aku, rumus tersebut tidak berlaku. Satu-satunya cara adalah dengan menggunakan alat pendeteksi masa subur atau yang biasa disebut ovutest. Ada yang bentuknya seperti strip testpack dan ada juga yang seperti mini microscope. Bedanya adalah dari segi pemakaian, kalau yang strip itu hanya sekali pakai, sementara yang scope dapat dipakai berulang kali. Kalau dari cara pemakaian, ovutest strip menggunakan urine, sementara yang scope dengan menggunakan air liur. Karena pada kasusku, masa subur harus dicek secara berkala, maka akan lebih baik menurutku kalau menggunakan ovutest jenis scope. Walau dari segi harga memang lumayan mahal jika dibandingkan dengan ovutest strip yaitu sekitar Rp. 265.000,- Untuk cara pemakaian, sudah ada buku panduan lengkap didalamnya, gampang kok caranya!

                                                                 Ovutest Scope
   
   Secara berkala aku coba mengetahui masa suburku. Itu aku lakukan sejak awal membeli ovutest ini, yang secara kebetulan jatuh bangun tepat persis dengan berakhirnya masa haidku. Hal ini juga disarankan oleh pabrikan ovutest tersebut dengan tujuan supaya kita tau perubahan yang terjadi kalau nantinya kita berada di fase subur. Ada penjelasan di buku panduannya kok mana-mana indikator yang menunjukkan kita lagi ada di fase subur, tidak subur dan peralihan masa diantara keduanya.

Welcome word

Tadaaaaaaaaaaaaa!!!!

Setelah menimbang-nimbang cukup lama untuk iya atau enggak untuk mulai nulis blog, akhirnya aku putusin untuk nulis juga. Mau nulis blog yang belum tentu dibaca orang aja pake mikir lama dan panjang. Hahaha. Biarin dong! :p


Wajar aja sih karena selain newbie dalam dunia blogging ini, aku juga harus tau dan harus pintar-pintar memilah mana part of my life yang mau aku tunjukin ke linimasa dan mana yang enggak. Mungkin lebih tepatnya, mana yang pantes mana yang enggak. Secara sekarang udah gak single lagi means I have more a private life *etjieeeeeee*


Kenapa akhirnya mau nulis blog?
Well, jawabannya sih sederhana. Because I easily forget the moment. Alias pelupa. Hahaha! Not a big moment like the date of something. Tapi lebih ke moment ringan dan renyah kayak "lebaran tahun kemarin kemana aja, ketemu siapa, ada kejadian seru apa aja didalamnya". Yeah, sudah dipastikan aku lupa. That's the reason why I decide write here.

Selain itu, aku juga mau mengabadikan moment-momentku saat ini sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga baru, coming soon as a mom, too *AMIN* dalam sebuah tulisan. Jadi mulai sekarang, perjalanan hidup yang ingin aku kenang akan aku catat disini as a footprint. Yeay! :D