Setelah mengamati dan memantau masa subur berhari-hari setelah siklus datang bulanku selesai, aku dan suami sepakat untuk menyediakan waktu berkualitas berdua. Secara kebetulan masa subur jatuh dihari sabtu dan minggu, ya walau puncaknya ternyata di hari senin (coba teropong pake ovutest, ternyata lebih banyak "pakis" didalamnya). Suami juga kebetulan (lagi) libur di hari sabtu di week itu. Hari kerja suami memang senin-sabtu for 24 hours. Hahaha. Tanpa pikir panjang kita berdua memutuskan untuk short honeymoon ke Yogya. Booking hotel dan gak lupa juga menentukan beberapa titik destinasi yang akan kita kunjungi disana, kemanapun tujuannya yang jelas gak boleh terlalu capek karena kan ceritanya mau quality time berdua gitu disana, tujuannya relax. Katanya relax is a key for getting pregnant. Jadi udah niat banget nih kita berdua buat bikin Little B dibulan ini. Mulai dari cari tau masa subur dengan ovutest, minum vitamin E yang katanya bagus untuk kesuburan -walau akhirnya stop karena muka mendadak jerawatan- sampe nyempetin short honeymoon. Sebelum berangkat ke Yogya, malamnya aku bicara dengan suami kalau ternyata nanti tamu bulanan datang lagi, kita pergi ke dokter untuk konsultasi karena sudah 6 bulan mencoba secara alami. Suami pun mengiyakan tanpa ragu.
Oh ya, dibulan yang sama juga, aku dan suami pergi ke laboratorium Cito untuk melakukan tes sperma. Kok udah tes sperma aja sih? Keputusan untuk tes ini kita ambil secara gak sengaja. Gak seperti pasangan kebanyakan yang menimbang dengan matang sebelum akhirnya melakukan tes sperma. Ide ini justru muncul saat suami mendengarkan aku bercerita kalau ada teman di grup Calon Ibu Hamil (CIH) yang aku ikuti yang suaminya baru aja melakukan tes sperma. Selang berapa menit bercerita, dengan santai suami bilang kalau dia juga mau dites spermanya seperti itu. Belakangan baru aku tau bahwa rata-rata, suami adalah part terakhir yang diperiksa jika sang istri sudah melakukan tes ini itu dan dinyatakan sehat. Begitupun dengan kenyataannya dengan kondisi teman-teman di grup CIH. Ada yang mau minta tetapi takut ditolak, ada yang ego suami terlalu besar, ada juga yang takut menyinggung perasaan suaminya hingga rata-rata belum ada suami yang melakukan tes ini. Ternyata aku termasuk beruntung untuk perkara satu ini. Suami dengan mudahnya mau dites, bahkan tanpa kuminta. Hehehe. Love you, Pa!
Tes sperma di lab Cito termasuk paling murah harganya kalau dibandingkan dengan lab komersil lain, hanya Rp. 110.000 aja lho! Dan weekend tetap buka. Hasilnya juga langsung keluar setelah 3 jam. Lumayan bisa ditinggal kulineran atau nonton dulu. Hehehe. Setelah hasil keluar, kita buka, baca, dan tolah-toleh! Hahaha. Kita gak tau maksud dari hasil labnya apa dong. Hahaha geblek. Itulah kelemahan private check di lab komersil, kita gak akan tau secara maksimal hasil lab itu karena memang gak ada dokter yang jelasin disana. Jadi bener-bener hanya test and result aja. Kita perlu ke dokter spesialis ginekologi atau ask mbah google. Hahaha. Dan kesimpulan dari hasil tes sperma suami adalah Normozoospermia atau yang artinya -menurut google- adalah sperma suami normal dan tidak bermasalah. Alhamdulilaaaaaah.. Itu berarti tinggal menunggu apakah bulan ini kita berhasil menjalankan program hamil ala kita sendiri atau we have to go to the spesialist...